Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Pesan 44 Tank Leopard, Indonesia Justru Terima 164 Unit




Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia akan mendapatkan sebanyak 164 tank dari 44 unit yang dibeli. Penambahan itu karena adanya negosiasi yang dilakukan pemerintah dalam pembeliannya.

"Yang datang tidak hanya main battle tank, tidak hanya Leopard, tapi juga Marder. Jadi, kekuatan TNI Angkatan Darat kita nanti lengkap," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam konferensi pers di Kantor Presiden usai sidang kabinet terbatas bidang polhukam, Rabu (15/5).

Ucapan Purnomo itu memastikan bahwa Indonesia akan bertambah jumlah tank yang dipesannya. Ia memastikan sebanyak 100 tank Leopard akan datang ke Indonesia tahun ini, jika memungkinkan datang sebelum HUT TNI pada 5 Oktober mendatang.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral Pramono Edhie Wibowo mengakui secara jumlah total Indonesia akan mendapatkan 164 tank. Tank tersebut yakni 104 Leopard 2 tanks, 50 Marder 1A2 infantry fighting vehicles, 4 Armored Recovery Vehicles to tow tanks out of trouble, 3 mobile bridge-layers, and 3 AEV armored engineering vehicles.

Terkait penambahan jumlah tank, Pramono menyebut hal itu lantaran negosiasi yang dilakukan ketika menindaklanjuti pembeliannya. Tank Leopard yang dibeli Indonesia berasal dari Jerman.

"Tadinya dalam perencanaan USD280 juta itu kan (totalnya) dapat 44 unit. Setelah kita ke sana, kita lakukan negosiasi, ternyata kita bisa dapat 164 unit (total)," kata Pramono.

Diingatkan Pramono, meski ada penambahan jumlah yang diterima, anggaran pembelian tank tersebut tidak berubah. "Tidak menambah jumlah anggaran ya," paparnya.

Kedatangan tank-tank yang disebutkan diatas akan dilakukan secara bertahap. Pramono pun memastikan, penambahan tank yang disebutkan memang ada dalam pengadaan dari negara asal.

"Itu dalam pengadaan di sana. Bukan tambahan dana, pengadaan itu dilakukan sesuai dengan alokasi dana yang ada pada kita," tutup Pramono. (Fidel Ali Permana)

Editor: Asnawi Khaddaf

Sumber  Metrotvnews


Pesawat F-35 Stealth

AS Tawarkan Pesawat F-35 Stealth untuk RI

 Ada satu trik menarik yang dilakukan AS dalam menjual peralatan militer. Amerika Serikat selalu menawarkan satu atau dua langkah ke depan, yang terkadang susah untuk ditolak. Dalam pameran Kedirgantaraan di Singapura, kontraktor utama pembuat pesawat F-35 Lightning II, Lockheed Martin, melirik Indonesia sebagai salah satu negara potensial untuk penjualan pesawat generasi kelima berteknologi stealth tersebut.

Direktur pencarian pelanggan internasional Lockheed Martin, Dave Scott, mengatakan, kepercayaan komunitas internasional terhadap pesawat program Joint Strike Fighter (JSF) itu, makin tumbuh setelah Jepang memutuskan membeli F-35.

Selain Jepang, negara calon pelanggan potensial pesawat berkemampuan mengelak dari deteksi radar itu adalah Korea Selatan, yang sudah mengajukan permohonan proposal penawaran, dan Singapura, yang menjadi salah satu partisipan kerja sama keamanan JSF. Di luar kedua negara itu, Lockheed Martin melihat Indonesia dan Thailand juga menjadi pasar potensial.
“F-35 adalah pesawat pengganti untuk pesawat F-16, F-18, A-10, Mirage, dan pesawat jet tempur generasi keempat lainnya. Jadi, logis jika melihat ke semua basis pelanggan kami yang saat ini mengoperasikan pesawat itu dan mengatakan mereka akan menjadi pelanggan potensial F-35,” tutur Scott.
Program JSF saat ini masih menghadapi berbagai masalah teknis, penundaan produksi, dan pembengkakan biaya pengembangan. Program F-35 mencatat rekor sebagai program pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon. Dalam kesepakatan dengan Jepang, satu unit pesawat ini dihargai Rp 1,1 triliun.


Akankah Indonesia membeli pesawat F-35 stealth ini ?. Indonesia belum tentu tertarik. Saat ini Indonesia bekerjasama dengan Korea Selatan membangun pesawat semi-stealth KF-X. KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Hasil kerja sama ini nantinya Indonesia akan menerima 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan bisa memproduksi sendiri.

Alutsista Baru TNI di Perbatasan Negara

Tank Leopard Arungi Medan Berlumpur (photo militaryphotos.net)

Jika Malaysia menyatakan penempatan sejumlah alutsista strategis mereka untuk mengantisipasi gesekan/ konflik dengan wilayah Indonesia, Indonesia pun tampaknya tidak tinggal diam. TNI AD akan menyimpan sejumlah alutsista andalannya di Wilayah Berau, Kalimantan Timur karena letaknya yang dianggap strategis. Penempatan alutsista baru TNI AD di wilayah Berau untuk memberikan efek menggetarkan bagi kawasan.
Alutsista yang memperkuat titik perbatasan dengan Malaysia itu mencakup main battle tank Leopard dan helikopter tempur kelas berat, Apache yang masih dalam proses pengadaan. “Sarana dan prasarananya tengah disiapkan”, ujar Pangdam VI/Mulawarman, Mayjen TNI Dicky Wainal Usman di sela-sela pemberian hibah Helikopter Bell-412 EP dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Kementerian PertahananRI di PT Dirgantara Indonesia Bandung, Sabtu (13/7/2013).
“Ini akan memberikan efek detterent. Paduan antara MBT Leopard dan Helikopter Serang Apache akan semakin memantapkan penjagaan terhadap patok perbatasan”, ujar Pangdam VI/Mulawarman.

 Tank Leopard diciptakan untuk Pertempuran Segala Medan (photo: militaryphotos.net)

Untuk tahap awal, keberadaannya MBT Leopard akan sebanyak satu kompi (12 unit) dan efektif di Berau pada 2014. TNI AD juga menempatkan Tank Scorpion di kawasan itu, untuk memperkuat komposisi alutsista yang ada menjadi paduan yang selaras.
Tank Scorpion merupakan tank intai, yang akan bergerak lincah di garis depan. Keberadaannya akan didukung MBT Leopard sebagai pemukul.
TNI AD khususnya Kodam VI/Mulawarman juga sedang fokus membangun pangkalan skuadron serbu di kawasan Berau. Saat ini, baru beberapa helikopter, termasuk Bell-412 EP hibah dari Pemerintah Provinsi Kaltim dan juga Mi-17 yang menunjang operasi di perbatasan dengan negeri jiran itu.
Selain memasok pasokan logistik di pos-pos perbatasan, helikopter yang ada digunakan untuk pemantauan lokasi patok perbatasan. “Dengan Apache, deteksi patok semakin mantap, menyakinkan patok tetap ada, dan ruang gerak di bawah tidak bisa main-main terkait posisi patok-patok itu,” jelasnya.
Isu adanya pergeseran patok-patok perbatasan di wilayah Kalimantan memang membuat geram pemerintah Indonesia dan juga TNI. Apache kemungkinan akan efektif pada 2015. Jumlah unit yang disiapkan di Berau masih dalam pembahasan.
Peningkatan kesiapan TNI AD di Kalimantan Timur, bersamaan dengan penguatan alutssita yang digelar TNI AU di wilayah perbatasan dengan Malaysia.

 AH 64D Apache longbow (photo: military-wallpaper.com)
Persenjataan Helikopter Serang Apache Longbow (photo: fas.org)

Pertahanan Udara
Pangkalan Udara Supadio Kalimantan Barat telah memiliki sistem persenjataan baru yakni rudal qw 3 sebagai pertahanan udara. Rudal ini telah diujicoba TNI AU dengan penembakan pesawat drone S-70 di Kura-kura Beach Singkawang 4 Juni 2013.
“Ini adalah jenis rudal untuk perlindungan obyek vital langsung, jika pesawat musuh masih bisa menembus pertahanan udara di dua ring sebelumnya”, ujar Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga.
“Kami memiliki wilayah tanggung jawab hingga ke perbatasan dengan negara tetangga. Rudal ini akan meningkatkan sistem alutsista TNI AU di Kalbar dan dioperasikan oleh Pasukan Khas TNI AU Batalion 465, Kalbar”, lanjut Kolonel Pnb Novyan Samyoga.

 Batalyon 465 Paskhas TNI AU ujicoba penembakan rudal QW-3 di Pantai Kura-Kura Singkawang, Kalimantan Barat (photo : Antara)

drone S-70 menjadi sasaran tembak bergerak rudal QW-3 (photo : Antara)

Skuadron UAV
Tidak hanya rudal anti udara, Lanud TNI AU Supadio Pontianak juga dilengkapi satu Skuadron UAV yang akan mengawasi perbatasan dengan Malaysia. “Tak gampang mengawasi seluruh teritori Kalbar, terutama wilayah perbatasan Kalbar-Sarawak, Malaysia Timur yang rawan penetrasi pesawat asing atau gerakan lawan”, ujar Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga.
Diharapkan satu skuadron UAV bisa dioperasikan pada tahun 2013.UAV yang tidak tertangkap radar itu akan membantu menjaga pertahanan NKRI, tidak hanya mengawasi perbatasan darat tetapi juga laut. Pengawasan dilakukan sejauh efek side pesawat termasuk ke Kepulauan Natuna yang bisa dijangkau dari Supadio. UAV yang akan beroperasi nanti diperkirakan kemampuannya sekitar 400 km di perbatasan laut.
Pesawat tanpa awak itu hanya mengawasi wilayah NKRI, nmun UAV ini secara tidak langsung bisa mengamati Malaysia tergantung sensitivitas sensor yang dimiliki. UAV ini tidak bisa ditangkap radar militer, termasuk radar untuk penerbangan yang ada di Bandara Supadio.

 Pesawat Hawk 100/200 TNI AU (photo: indoflyer.net/ Bram Kusuma)

Saat ini pesawat tempur tempur yang berpangkalan di Skuadron Udara 1 Lanud Supadio adalah jenis Hawk 109/209. Namun jika situasi memanas, TNI AU biasanya menggeser jet tempur F-16 ke Lanud Supadio, seperti konflik Ambalat tahun 2004 lalu. TNI AU juga telah menggeser penempatan Skuadron SU-27/30 ke Makassar, Sulawesi Selatan, sehingga lebih mudah menjaga wilayah perbatasan utara Indonesia





Kujerat Kau dengan Pesawat F-16


Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur F-16 eks USAF dengan harga miring. Indonesia ditawarkan “hibah” 30 unit F-16 Blok 32++ / 52 dengan hanya membayar biaya retrofitnya. Ditambah dengan pesawat F-16 RI yang sudah ada, total F-16 yang akan dimiliki TNI sebanyak 40 unit atau 2 skuadron plus.
Tentu senanglah Indonesia mendengar kabar ini dan akhirnya menyetujui penawaran dari Amerika Serikat tersebut. Kini pesawat-pesawat itu sedang diretrofit di AS, untuk kemudian dikirim ke Indonesia.
Tidak itu saja, persenjataan F-16 juga akan dipercanggih dengan hadirnya rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile, AMRAAM.
Kehadiran F-16 ini adalah untuk mengganti F-5 tiger yang akan dipensiunkan pada tahun 2020 nanti.
Pembelian F-16 eks USAF ini menarik, karena mulai mengubah arah pembelian alutsista Indonesia. Indonesia yang tadinya meninggalkan pembelian alutsista ke AS karena trauma diembargo, mulai masuk “pelukan” AS kembali.
Apakah ini menguntungkan ?. Tergantung negara mana yang dianggap berpotensi sebagai ancaman oleh Indonesia. Jika Australia dan Malaysia, mungkin tidak banyak manfaatnya bahkan bisa dikatakan negatif.
Kedua negara tersebut memiliki F/A- 18 Hornet/ Super Hornet. Australia yang merupakan sekutu AS, akan tertawa lebar. Australia akan mudah memetakan kelemahan F-16 Indonesia dengan pasokan data dari AS. Lebih parah lagi Australia sedang memesan 72 jet tempur F-35 Lightning II.
Bisa jadi F-16 itu nantinya tidak dianggap ancaman oleh Australia, karena secara hitungan di atas kertas, bisa netralisir.
Belum lagi jika terjadi konflik antara Indonesia dan Australia.
Kira kira negara mana yang akan didukung oleh AS ?. Australia merupakan Sekutu abadi AS dalam setiap peperangan dan juga sama-sama Anglo Saxon. Apakah Indonesia tidak kapok dan jera dengan embargo yang dilakukan AS ?.
Dengan demikian apa keuntungan Indonesia yang mulai bergeser membeli pesawat dari AS ?


 Proyeksi Indonesia yang membangun kekuatan udara dengan berkiblat ke Rusia sebenarnya mulai disegani oleh negara lain. Sampai-sampai Australia bolak-balik mengajak TNI AU berlatih perang udara, demi mengetahui karakter pesawat SU 27 dan SU 30.
Jika pesawat tempur Indonesia berkiblat ke AS, tentu tidak akan bisa menyaingi Australia dari sisi jumlah pesawat, maupun kualitas. Bisa jadi hal yang sama terjadi dengan Malaysia.
Di sisi lain, Australia tidak mungkin membeli pesawat tempur dari Rusia, karena kedekatannya yang amat sangat dengan AS.
Kelemahan posisi politis Australia itulah yang seharusnya dieksplor oleh Indonesia untuk menjadi keuntungan bagi TNI AU.
Sebelum adanya tawaran “hibah” F-16 dari AS, para petinggi TNI berencana memiliki SU-35 BM. Semoga proyeksi pembelian SU 35 BM tidak berubah karena tawaran “hibah” pesawat usang dari AS, sehingga Indonesia terancam berada dibalik ketiak Australia.
Ada satu hal yang mencengangkan dari latihan tempur Pitch Black 2012 di Australia.
Selama ini militer dan pakar militer Australia terus memantau pesawat tempur sukhoi dengan berbagai variannya. hasilnya secara overall, mereka menilai F/A 18 Hornet dan Super Hornet Australia tidak bisa mengimbangi kemampuan Sukhoi dari seluruh varian yang ada.
Untuk itu militer Australia mengatur agar pensiun F/A- 18 dipercepat, dengan alasan boros secara operasional.
Para pakar militer Australia mencoba berpikir bagaimana meng-upgrade kemampuan F/A -18 sebelum datangnya 72 jet tempur F-35 Lightning II yang dipesan ke AS.
Hasilnya cukup menggembirakan buat RAAF (Royal Australian Air Force). Untuk pertarungan jarak jauh F/A- 18 Australia memenangkan peperangan karena dibantu AWACS dalam melacak posisi Sukhoi Indonesia. Namun dalam pertarungan jarak pendek/ dog fight, Sukhoi Indonesia mengungguli F/A 18 RI.


Hal ini merupakan sukses tersendiri bagi F/A-18 Australia. Biarpun pesawat lawas, namun masih bisa memenangkan pertempuran jarak jauh dengan Sukhoi Indonesia. Apalagi dalam dunia modern saat ini, akan sulit dijumpai peperangan dog fight antar pesawat. Radar dan rudal pesawat sudah jauh lebih canggih. Pesawat mana yang lebih dahulu mendeteksi posisi lawan, kemungkinan besar menjadi pemenang.
Latihan ini juga menunjukkan perang adalah sebuah teater yang membutuhkan kerjasama dari unit-unit lain. F/A – 18 RAAF yang tua dibandingkan SU 27/30, menjadi bergigi karena dibantu AWACS. Pesawat AWACS RAAF membimbing pesawat tempur mereka dalam menemukan posisi Sukhoi Indonesia, sekaligus mencari titik lemahnya.
Hal ini juga menunjukkan, radar Sukhoi Indonesia masih versi standar dan perlu di-upgrade dengan radar terbaru. Akibatnya pesawat Sukhoi kalah dalam Beyond-visual-Range (BVR).


Jika Indonesia percaya dengan kemampuan pesawat Sukhoi, maka bangunlah kemampuan Skuadron pesawat itu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai, ganti haluan politik, maka berganti haluan alutsista pula. Kita masih ingat ketika haluan politik berubah dari Presiden Soekarno ke Soeharto, maka haluan alutsista juga berubah. Hasilnya….? Kita tidak mendapatkan apa-apa, selain muter-muter gak jelas. Negara ini membutuhkan visi yang jelas agar tidak tersesat.






Pesawat Super Tucano Bermasalah


TNI AU dinilai kecolongan dalam membuat kontrak pembelian satu skuadron pesawat tempur ringan Super Tucano EMB-314/A-29 buatan Brasil.  Hal ini karena Embraer Defense System, tidak menyediakan kemudahan soal perawatan dalam suku cadang. “Tidak ada garansi klaim dalam pembelian pesawat ini,” kata sumber Tempo di TNI AU.
Menurut sumber tersebut, garansi seharusnya diberikan kemudahaan bagi TNI AU dalam memperoleh jasa pemeliharaan dalam pembelian suku cadang pesawat tempur. Pesawat membutuhkan perawatan berkala yang diukur berdasarkan lamanya jam terbang dan selama perawatan, beberapa komponen harus diganti.
Wahasil, sejak beberapa bulan lalu, dua dari empat pesawat harus masuk hangar perawatan berkala. Sayangnya, suku cadang yang diganti tidak bias dikirim ke Indonesia. TNI AU pun terpaksa mengirim komponen ke Brasil untuk diperbaiki di negara itu.
“Sekarang hanya dua pesawat Super Tucanon yang siaga,” ujarnya. TNI AU sendiri, tidak memiliki anggaran pengiriman komponen. Akibatnya, TNI AU terpaksa merogoh kocek sendiri untuk mengirim komponen ke pabrik pembuatan. Ia membandingkan pembelian Sukhoi buatan Rusia beberapa tahun lalu yang memberikan garansi perawatan. Ketika itu, Sukhoi memberikan jaminan suku cadang rutin selama satu tahun.
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, mengatakan TNI AU sudah mengantongo garansi dari Embraer. Hanya saja, mekanisme pelaksanaan belum memudahkan TNI AU. “Minggu lalu kontrak sudah diamandemen, garansi sudah oke.”
Ihwal pengiriman komponen ke Brasil, Rachmad mengatakan, sudah sesuai dengan prosedur. Di negara pembuatnya, komponen dianalisis untuk diperbaiki.


Super Tucano merupakan jenis pesawat tempur ringan yang lincah dalam bermanuver, sebagai pengganti OV-10 Bronco buatan Amerika. Super Tucano memiliki kemampuan menyerang musuh dengan presisi tinggi. Dalam latihan gabungan di Asembagus, Situbondo, pesawat ini mampu menghabisi semua sasaran tembak yang ada.
Empat unit Super Tucanon telah didatangkan disimpan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang. Empat pesawat ini merupakan penyerahan tahap awal dari 16 pesawat yang dibeli seharga US$ 143 juta atau Rp. 1,3 triliun.  Sisanya akan tiba pada semester pertama 2014. (Koran Tempo, 16 Juli 2013).

9 Pesawat Hercules untuk TNI AU


Jumat 19 Juli 2013, Kementerian Pertahanan RI menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (mou) penyerahan 9 Pesawat Hercules seri H dari Australia untuk Indonesia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerangkan dari 9 pesawat itu, 5 unit dibeli dan sisanya akan dihibahkan oleh Australia. Urusan pembelian dan hibah ini akan mempertemukan Qantas Defence Service dengan Kementerian Pertahanan RI. “Yang 5 itu murah sekali,” ujar Purnomo Yusgiantoro di Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).
Meski barang hibah, Menteri Pertahanan menegaskan pesawat Hercules tersebut memiliki kualitas yang baik. “Herculesnya seri H, sudah digital,” terangnya. Pesawat hibah tersebut masih fit dan layak terbang. “Apalagi suku cadang Hercules kita kan banyak. Hibah ada 4 dan kru harus training, karena digital,” imbuhnya. Menurut Menteri Pertahanan pesawat Australia ini mampu dipakai untuk 10-15 tahun ke depan.
Kita agak surprise juga dengan sikap yang AS dan Australia yang dengan senang hati memperkuat militer Indonesia. Indonesia yang tadinya hendak membeli 6 F-16 block 52, ditawari oleh AS menjadi 30 pesawat F-16 block 25/32 eks Air National Guard. Keberadaan 30 fighter ini tentunya akan memperkuat pasukan pemukul Indonesia di udara. Sementara untuk dukungan logistik, Indonesia mendapatkan 9 pesawat Hercules dari Australia, 5 pesawat baru dan 4 hasil hibah, dengan harga murah. Amerika pun memperkenankan Indonesia untuk membeli helikopter serang Apache yang bisa disebut salah satu helikopter tempur terbaik saat ini. Harapannya TNI AD bisa mendapatkan 1 skuadron Helikopter Apache. Selama ini helikopter Apache hanya dijual Amerika Serikat kepada negara-negara sekutu terdekat dan anggota NATO.
Melunaknya sikap AS dalam pengadaan senjata ke Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari kondisi geo paolitik saat ini. Amerika akan menambah pasukan Marinirnya di Darwin Australia dari 250 tentara menjadi 1100 tentara pada 2014 dan terus ditingkatkan menjadi 2500 personel dalam beberapa tahun ke depan, tergantung kesepakatan dengan pemerintah Australia.
Tentu AS mengharapkan dukungan dari negara yang berbatasan langsung dengan Australia, yakni Indonesia. Jika militer Indonesia kuat, kekhawatiran pasukan AS di Darwin bisa sedikit berkurang. Dengan alasan ini pula Australia perlu mendekatkan diri dengan Indonesia, agar keberadaan Marinir As di Darwin tidak dianggap Indonesia sebagai ancaman.
Pesatnya perkembangan militer Cina telah memanaskan hubungan kedua negara, apalagi China mulai melakukan perang-perang cyber. Untuk membendung hegemoni militer China, AS juga memperkuat kerjasama militer dengan Singapura, untuk dijadikan check point dari kapal perang AS yang berpatroli di Asia.


RAAF Australia memensiunkan dini sejumlah pesawat C-130H Hercules dengan alasan menghemat anggaran sebesar 250 juta USD untuk biaya perawatan dan operasional. Sementara USAF memensiunkan sejumlah fighter F-16 untuk alasan modernisasi persenjataan.
Apakah Indonesia untung atau rugi atas hibah fighter F-16 dan pesawat Angkut militer Hercules C-130H Australia, masih mengundang perdebatan, pro dan kontra. Ibarat sebuah koin, dari sisi mana kita melihat koin tersebut ?. Menurut pemerintah, pembelian alutsista bekas/ refurbish ini dilakukan dengan alasan untuk menutupi minimum essential force 2019.

TNI AD Beli Helikopter Tempur Eropa


Untuk memperkuat keamanan Negara, TNI berencana mendatangkan 12 helikopter tempur dari negara Eropa, sekaligus memperbarui alat utama sistem senjata (Alutsista) Indonesia. TNI juga membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. “Kita juga akan membeli helicopter tempur jenis Apache yang harganya Rp700 miliar per buah,” ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Moeldoko, usai membuka Karya Bakti dan Bakti Sosial TNI di Kantor Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pembenahan alutsista TNI AD terus dilakukan dengan dengan mendatangkan:Tank Leopard asal Jerman dan meriam penangkis udara. Beberapa peralatan tempur yang ditungu kedatangannya antara lain: Tank Leopard dan IFV Marder asal Jerman serta meriam 105/155 untuk Armed dari Korea dan Perancis.
“TNI AD juga akan mendatangkan penangkis udara dari Prancis maupun Inggris. Pada Oktober nanti diharapkan sebagian peralatan tempur baru milik TNI AD sudah bisa kami tunjukan kepada masyarakat,” ujar KSAD. Saat ini TNI AD telah memiliki sejumlah alat tempur modern seperti: meriam tempur Gun Zur 2322, 3d Multi Beam Search Radar, Missile Lauchers Porpad serta Tank Anoa 2.


AS 550 Fennec ?
Heli tempur dari Eropa tersebut kemungkinan Eurocopter AS 550 Fennec buatan Perancis. Sebelumnya, di masa KSAD Jenderal Pramono Edhie Prabowo, direncanakan untuk mendatangkan AS 550 Fennec multi-role helicopter.
Mesti berbadan kecil dan single engine, namun varian terbaru Eurocopter AS 550 Fennec sangat mematikan. Helokopter AS 550 C2 dilengkapi HeliTOW sighting system dan TOW anti-tank missiles. HeliTOW sight ini, dipasang di atap helikopter untuk menyuplai: direct view optics, day and night vision serta laser rangefinder. Untuk persenjataan serang darat, AS 550 C2 Fennec mengusung 7 misil x 2 roket launcher Forges de Zeebrugge atau 12 x 2 roket launcher Thales Brandt 68mm. Fennec juga bisa membawa empat rudal anti-tank seperti BGM-71 TOW atau anti-pesawat (air to air missile). Bahkan varian AS 555 SN, mengusung torpedo sebagai anti-submarine warfare.
Apakah eurocopter AS 550 Fennec yang akan dibeli ?. Hal ini baru kemungkinan saja, karena Penerbad memang pernah merekomendasikan helikopter ini sebagai pengganti bolkow 105 TNI AD yang sudah tua. Yang jelas dari pernyataan KSAD Moeldoko di atas, mengisyaratkan bahwa pembelian helikopter serang Apache Longbow semakin mendekati kenyataan.
 
Support : PANCAKAR
Copyright © 2016. Zona Alutsista - All Rights Reserved
Template Created by PANCAKAR Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger